PENELITIAN EX POST FACTO
Penelitian
eksperimen merupakan desain yang terbaik untuk menguji pengaruh suatu variable
terhadap variable lain karena adanya manipulasi dan kontrol terhadap kondisi
atau perlakuan yang diberikan pada subjek. Akan tetapi, karena dalam bidang
pendidikan banyak kondisi yang tidak memungkinkan atau secara etis tidak
diperkenankan untuk melakukan manipulasi terhadap suatu atau sejumlah variable,
seperti broken home, orang tua tunggal, mengulang kelas, dan lain-lain
sebagainya, penelitian eksperimen tidak dapat dilakukan. Untuk menguji
variabel-variabel tersebut terhadap prestasi, hubungan sosial, perkembangan
kognitif dapat menggunakan ex post facto.
Penelitian
ex post facto menguji apa yang telah terjadi pada subjek. Ex post
facto secara harfiah berarti "sesudah fakta", karena kausa atau
sebab yang diselidiki tersebut sudah berpengaruh terhadap variabel lain.
Penelitian ini disebut penelitian kausal komparatif karena dimaksud untuk
menyelidiki kausa yang mungkin untuk suatu pola prilaku yang dilakukan dengan
cara membandingkan subjek dimana pola tersebut ada dengan subjek yang serupa
dimana pola tersebut tidak ada atau berbeda (Glass & Hopkin, 1979). Tujuan
utama penelitian ini adalah untuk menyelidiki apakah satu atau lebih kondisi
yang sudah terjadi mungkin menyebabkan perbedaan perilaku pada subjek. Dengan
kata lain, penelitian ini untuk menentukan apakah perbedaan yang terjadi antar
kelompok subjek (dalam variabel independen) menyebabkan terjadinya perbedaan
pada variabel dependen.
Penelitian
ex post facto mempunyai kesamaan dengan penelitian eksperimen dalam hal
: (a) Tujuan : untuk menentukan hubungan kausa. (b) Kelompok perbandingan, dan
(c) Teknik analisis statistik yang digunakan (Mc Millan & Schumacher,
1989). Hanya saja dalam penelitian ex Post facto tidak ada manipulasi
kondisi karena kondisi tersebut sudah terjadi sebelum penelitian ini mulai
dilaksanakan. Karena itu penelitian ini memerlukan waktu yang relatif singkat.
Sebagai
contoh, seorang peneliti tertarik untuk menyelidiki pengaruh broken home (perpecahan
antar orang tua) terhadap tingkat kenakalan remaja. Dalam hal ini peneliti
tidak mungkin melakukan eksperimen karena ia tidak mungkin memanipulasi kondisi
subjek (membuat agar terjadi broken home pads keluarga/orang tua mereka)
kemudian mengukur tingkat kenakalan remaja. Meskipun demikian, pengaruh
tersebut dapat diuji dengan cara membandingkan tingkat kenakalan remaja yang
berasal dari keluarga yang broken home dan yang harmonis jika pengaruh
tersebut memang ada, maka anak yang berasal dari keluarga broken home mempunyai
tingkat kenakalan yang lebih tinggi daripada mereka yang berasal
dari keluarga yang harmonis.
Karena
tidak melibatkan manipulasi, maka interprestasi hasil penelitian ini perlu
dilakukan dengan hati-hati. Dalam kasus contoh diatas, misalnya peneliti tidak
yakin bahwa perbedaan tingkat kenakalan antar kelompok subjek tersebut terjadi
karena broken home yang dialami oleh orang tua salah satu kelompok
subjek. Hal ini karena tingkat kenakalan tersebut hanya diukur sekali, yakni setelah
terjadinya broken home. Karena itu dalam menafsirkan hasil penelitian
ini, peneliti dihadapkan pada pertanyaan : apakah broken home mendorong
kenakalan pada anak?. Apakah tingkat kenakalan yang tinggi pads anak dari
keluarga broken home sudah terjadi sebelum timbulnya broken home?.
Apakah perbedaan tersebut karena pengaruh orang tua yakni, tingkat
"kenakalan" orang tua yang broken home lebih tinggi daripada
orang tua yang harmonis? Ataukah kenakalan tersebut muncul karena adanya faktor
lain, misalnya kurangnya perhatian orang tua mereka, yang dapat terjadi pada
keluarga broken home maupun yang harmonis?. Meskipun interprestasinya
terbatas, dalam bidang pendidikan hasil penelitian ini sangat bermanfaat untuk
mengidentifikasi kemungkinan adanya hubungan kausal dari pola variasi kondisi
yang diamati.
Pelaksanaan
Penelitian ExPost Facto:
Tidak
adanya manipulasi perlakuan dan penempatan subjek secara acak menyebabkan
validitas internal dalam penelitian ex post facto kurang dapat
dikendalikan. Dengan kata lain hipotesis tandingan yang logis sulit dibatasi.
Akan tetapi dengan perencanaan yang balk, hal ini dapat ditekan seminimal
sehingga hasilnya akan mendekati penelitian eksperimen. Untuk mendapatkan hasil
yang demikian peneliti perlu melalui langkah-langkah berikut.
1.
Perumusan masalah, masalah yang ditetapkan harus mengandung sebab atau kausa
bagi munculnya variabel dependen, yang dapat diketahui berdasarkan hasil-hasil
penelitian yang pernah dilakukan atau penafsiran peneliti terhadap hasil
observasi fenomena yang sedang diteliti. Masalah penelitian ini dapat berbentuk
pernyataan hipotesis atau tujuan. Rumusan hipotesis digunakan jika sifat dasar
perbedaan dapat diprediksi oleh peneliti sebelum data dikumpulkan. Sedangkan
rumusan pernyataan tujuan digunakan bila peneliti tidak dapat memprediksi
perbedaan antar kelompok subjek yangdibandingkan dalam variabel tertentu.
2.
Setelah masalah dirumuskan, peneliti harus mampu mengidentifikasi hipotesis
tandingan atau alternatif yang mungkin dapat menerangkan hubungan antar
variabel independen dan dependen.
3.
Penentuan kelompok subjek yang akan dibandingkan. Pertama-tama, kelompok yang
dipilih harus memiliki karakteristik yang menjadi konsen penelitian.
Selanjutnya peneliti memilih kelompok yang tidak memiliki karakteristik
tersebut atau berbeda tingkatannya.
4.
Pengumpulan data. Hanya data yang diperlukan yang dikumpulkan, balk yang
berkenan dengan variabel dependen maupun berkenaan dengan faktor yang
dimungkinkan memunculkan hipotesis tandingan. Karena penelitian ini menyelidiki
fenomena yang sudah terjadi, seringkali data yang diperlukan sudah tersedia
sehingga peneliti tinggai memilih sumber yang sesuai. Disamping itu berbagai
instrumen seperti Les, angket, interview, dapat digunakan untuk mengumpulkan
data bagi peneliti.
5.
Analisis data. Teknik analisis data yang digunakan serupa dengan yang digunakan
dalam penelitian diferensial maupun eksperimen, dimana perbandingan nilai
variabel dependen dilakukan antar kelompok subjek atas dasar faktor yang
menjadi konsen. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik analisis Uji-T,
independen atau ANAVA, tergantung dari jumlah kelompok dari faktor
tersebut. Apapun teknik analisis statistik inferensial yang digunakan, biasanya
analisis tersebut diawali dengan penghitungan nilai rata-rata atau mean
dan standar deviasi untuk mengetahui perbandingan antar kelompok secara
deskriptif.
6.
Penafsiran basil. Pernyataan sebab akibat dalam penelitian ini perlu dilakukan
secara hati-hati. Kualitas hubungan antar variabel independen dan dependen
sangat tergantung pada kemampuan peneliti untuk memilih kelompok perbandingan
yang homogen dan keyakinan bahwa munculnya hipotesis tandingan dapat dicegah.
0 komentar:
Posting Komentar