RISET DAN TEKNOLOGI
Riset
dan tekologi merupakan gabungan dari kata riset dan teknologi yang memiliki
arti bahwa riset adalah penelitian dan teknologi mengaplikasikan penelitian
kedalam teknologi yang berbasis era-modern pada zaman sekrang ini.
PERSEDIAAN
Persediaan
merupakan simpanan material yang berupa bahan mentah, barang dalam proses dan
barang jadi.
Inventory
dan Klasifikasinya
Inventory
meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu, dengan tujuan
untuk dijual kembali atau dikomsumsikan dalam siklus operasi normal perusahaan sebagai
barang yang dimiliki untuk dijual atau diasumsikan untuk dimasa yang akan datang,
semua barang yang berwujud dapat disebut sebagai inventory, tergantung dari sifat
dan jenis usaha perusahaan.
Menurut
Koher,Eric L.A. Inventory adalah : " Bahan baku dan penolong,
barang
jadi
dan barang dalam proses produksi dana barang-barang yang tersedia, yang
dimiliki dalam perjalanan dalam tempat penyimpanan atau konsinyasikan kepada
pihak lain pada akhir periode".
Secara
umum pengertian Inventory adalah merupakan suatu aset yang ada dalam bentuk
barang-barang yang dimiliki untuk dijual dalam operasi perusahaan maupun barang-barang
yang sedang di dalam proses pembuatan. Diantara pengertian diatas maka
inventory dapat diklasifikasikan yang ditentukan oleh perusahaan, apabila jenis
perusahaan yang membeli barang akan dijual lagi, maka klasifikasi hanya ada
satu macam saja persedian barang dagangan. Sedangkan bila jenis perusahaan
adalah pabrikasi yaitu perusahaan yang mengolah bahan mentah menjadi bahan
jadi.
Klasifikasi
Inventori
Ada
beberapa macam klasifikasi inventori, menurut Dobler at al, ada beberapa klasifikasi
inventori yang digunakan oleh perusahaan, antara lain [3]:
Ø Inventori
ProduksiYang termasuk dalam klasifikasi invetori produksi adalah bahan baku dan
bahan-bahan lain yang digunakan dalam proses produksi dan merupakan bagian dari
produk. Bisa terdiri dari dua tipe yaitu item spesial yang dibuat khusus untuk
spesifikasi perusahaan dan item standart produksi yang dibeli secara off-the-self.
Ø Inventori
MRO (Maintaintenance, Repair, and Operating supplies) Yang
termasuk dalam katagori ini adalah barang-barang yang digunakan dalam proses
produksi namun tidak merupakan bagian dari produk. Seperti pelumas dan
pembersih.
Ø Inventori
In-Process Yang termasuk dalam katagori inventori ini adalah produk
setengah jadi. Produk yang termasuk dalam katagori inventori ini bisa ditemukan
dalam berbagai proses produksi.
Inventori Finished-goods Semua produk jadi
yang siap untuk dipasarkan termasuk dalam katagori inventori finished goods. PT
XYZ adalah sebuah swalayan yang menjual produkproduk yang siap untuk dipakai.
Tidak ada proses pengolahan yang ada disana, sehingga semua inventori yang dimilikinya
termasuk dalam katagori ini. Setelah
diperhatikan definisi inventory diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan persediaan bahan baku adalah barang-barang berwujud yang dimiliki dengan
tujuan untuk diproses menjadi barang jadi.
Barang ini dihasilkan sendiri dan dibeli dari
perusahaan lain yang merupakan produk akhir dari perusahaan itu sendiri, barang
ini merupakan bahan utama dalam menghasilkan produk akhir, persediaan barang
penolong atau pembantu adalah bahan-bahan yang diperlukan untuk menghasilkan
produk akhir, tapi tidak secara langsung
ikut serta dalam hasil produk akhir. Persediaan barang dagangan adalah
barang-barang yang dibeli dan dimiliki oleh perusahaan dagang untuk dijual
kembali. Salah satu perlunya inventory dilaksanakan dengan baik yaitu
mengetahui secaraa pasti harga pokok dari barang-barang dagangan yang terjual.
Disamping itu untuk menjamin lancarnya arus lintas barang maka perlu diadakan
pencatatan terhadap segala penerimaan barang yang berasal dari supplier,barang
yang dipesan oleh langganan, barang yang terjual, barang yang dikembalikan oleh
langganan dan penyesuaian-penyesuaian (adjusment)
terhadap barang.
Atas dasar pencatatan tersebut nantinya dapat
diketahui antara lain barang mana yang banyak tertimbun (over stock) barang
mana yang harusdipesan kembali kepada supplier karena
persediannya sudah menipis, apabila jadi pemesanan barang kepada supplier, maka
pemesanan ini perlu pula dicatat untuk mendapatkan informasi tentang inventory
yang lengkap, bila segala transaksi yang disebut diatas tidak dicatat dengan baik maka akan
menemui kesulitan untuk mengetahui keadaan inventory secara pasti pada suatu
saat misalnya kesulitan untuk mengetahui berapa jumlah persedian barang yang
ada dan yang sudah dipasarkan serta jumlah barang yang sudah dipesan oleh
langganan (Quantity Committed) dan berapa jumlah barang yang dipesan kepada
supplier (Quantity Sold) dan informasi penting lainnya. Mengurangi inventori
barang. Inventori merupakan aset perusahaan yang berkisar antara 30%-40%
sedangkan biaya penyimpanan barang berkisar 20%-40% dari nilai barang yang
disimpan.
2.
Alasan Memiliki Persediaan
Laba yang maksimal dapat dicapai dengan meminimalkan
biaya yang berkaitan dengan persediaan. Namun meminimalkan biaya persiapan
dapat dicapai dengan memesan atau memproduksi dalam jumlah yang kecil,
sedangkan untuk meminimalkan biaya pemesanan dapat dicapai dengan melakukan
pesanan yang besar dan jarang. Jadi meminimalkan biaya penyimpanan mendorong
jumlah persediaan yang sedikit atau tidak ada, sedangkan meminimalkan biaya
pemesanan harus dilakukan dengan melakukan pemesanan ,persediaan dalam jumlah
yang relatif besar, sehingga mendorong jumlah persediaan yang besar. Alasan yang
kedua yang mendorong perusahaan menyimpan persediaan dalam jumlah yang relative
besar adalah masalah ketidakpastian permintaan. Jika permintaan akan bahan atau
produk lebih besar dari yang diperkirakan, maka persediaan dapat berfungsi
sebagai penyangga, yang memberikan perusahaan kemampuan untuk memenuhi tanggal
penyerahan sehingga pelanggan merasa puas. Secara umum alasan untuk memiliki
persediaan adalah sebagai berikut :
1.
Untuk menyeimbangkan biaya pemesanan
atau persiapan dan biaya penyimpanan.
2.
Untuk memenuhi permintaan pelanggan,
misalnya menepati tanggal pengiriman.
3.
Untuk menghindari penutupan fasilitas
manufaktur akibat :
a. Kerusakan mesin
b. Kerusakan komponen
c. Tidak tersedianya
komponen
d. Pengiriman komponen yang
terlambat
4.
Untuk menyanggah proses produksi yang
tidak dapat diandalkan.
5.
Untuk memanfaatkan diskon
6.
Untuk menghadapi kenaikan harga di masa
yang akan datang.
3.
Elemen Harga Pokok Bahan Baku
Terdapat
empat kelompok biaya yang mempengaruhi harga pokok persediaan bahan baku, yaitu
:
1. Harga
Faktur. Harga faktur adalah harga yang disetujui antara perusahaan dengan pemasoknya.
Potongan pembelian akan mengurangi harga faktur, sedangkan biaya angkut yang
ditanggung perusahaan diperlakukan sebagai tambahan harga faktur.
2. Biaya
Pemesan Bahan Baku. Biaya ini disebut juga procurement cost atau ordering cost yaitu
biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan pembelian bahan baku. Biaya ini dikelompokkan
menjadi 2 yaitu :
a. Biaya Pemesan Tetap
b. Biaya Pemesan
Variabel
3. Biaya
Penyimpan Bahan Baku. Biaya ini disebut juga storage cost atau carrying cost yaitu
biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan kegiatan penyimpanan bahan agar siap dipakai
di dalam kegiatan produksi.
Biaya ini dikelompokkan
menjadi dua yaitu :
a. Biaya Penyimpanan
Tetap
b. BiayaPenyimpanan
Variabel
4. Biaya
Ketidakcukupan Persediaan. Biaya ini timbul akibat adanya persediaan bahan baku
yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan produksi. Biaya ini meliputi : kerugian
hilangnya penjualan, tambahan biaya angkut karena dibeli secara mendadak, tuntutan
dari pelanggan karena keterlambatan, dan tambahan biaya karena tidak teraturnya
proses produksi.
Pengendalian
persediaan: aktivitas mempertahankan jumlah persediaan pada
tingkat yang dikehendaki. Pada produk barang, pengendalian persediaan
ditekankan pada pengendalian material. Pada produk jasa, pengendalian
diutamakan sedikit pada material dan banyak pada jasa pasokan karena konsumsi
sering kali bersamaan dengan pengadaan jasa sehingga tidak memerlukan persediaan.
Akibat kelebihan persediaan:
- Ø Beban bunga meningkat
- Ø Biaya penyimpanan dan pemeliharaan
- Ø Resiko rusak
- Ø Kualitas menurun.
Akibat
kekurangan persediaan:
- Ø Proses produksi terganggu
- Ø Ada kapasitas mesin yang tidak terpakai
- Ø Pesanan tidak dapat terpenuhi.
Jenis
– jenis persediaan :
- Ø Bahan mentah
- Ø Barang dalam proses
- Ø Barang jadi
4.
Safety stock
Merupakan persediaan minimal yang harus ada agar
perusahaan dapat berjalan normal. Semakin besar safery stock maka perusahaan
kemungkinan khabisan persedian akna semakin kecil. Safety stock adalah istilah yang digunakan
oleh spesialis persediaan untuk menggambarkan tingkat stok tambahan yang
dipertahankan di bawah siklus saham untuk penyangga terhadap stockouts. Safety
Stock (juga disebut Buffer Stock) ada untuk menghadapi ketidakpastian dalam
penawaran dan permintaan. Safety stock didefinisikan sebagai unit tambahan
persediaan dibawa sebagai perlindungan terhadap kemungkinan stockouts
(kekurangan bahan baku atau kemasan). Dengan memiliki jumlah yang memadai safety
stock di tangan, sebuah perusahaan dapat memenuhi permintaan penjualan yang melebihi
perkiraan permintaan mereka tanpa mengubah rencana produksi mereka. [1] Hal ini
diadakan ketika suatu organisasi tidak dapat secara akurat memprediksi
permintaan dan / atau tenggang waktu untuk produk. Ini berfungsi sebagai
asuransi terhadap stockouts. Dengan produk baru, safety stock dapat
dimanfaatkan sebagai alat strategis sampai perusahaan dapat menilai seberapa
akurat ramalan mereka adalah setelah beberapa tahun pertama, terutama bila
digunakan dengan perencanaan kebutuhan material worksheet. Yang kurang akurat
peramalan, yang lebih safety stock diperlukan. Dengan perencanaan kebutuhan material
(MRP) lembar sebuah perusahaan dapat menilai berapa banyak mereka akan perlu untuk
memproduksi untuk memenuhi permintaan penjualan diperkirakan tanpa mengandalkan
safety stock. Namun, strategi yang umum adalah untuk mencoba dan mengurangi
tingkat persediaan pengaman untuk membantu menjaga biaya persediaan rendah
sekali permintaan produk menjadi lebih diprediksi. Ini dapat sangat penting
bagi perusahaan dengan keuangan yang lebih kecil bantal atau mereka yang
berusaha untuk berjalan di lean manufacturing, yang bertujuan untuk
menghilangkan pemborosan seluruh proses produksi.
Jumlah safety stock sebuah organisasi memilih untuk
terus di tangan dapat secara dramatis mempengaruhi bisnis mereka. Terlalu
banyak safety stock dapat mengakibatkan biaya tinggi memegang persediaan.
Selain itu, produk yang disimpan terlalu lama dapat merusak, kedaluwarsa, atau
istirahat selama proses pergudangan. Terlalu sedikit safety stock dapat
mengakibatkan kehilangan penjualan dan, dengan demikian, yang lebih tinggi
tingkat perputaran pelanggan. Akibatnya, menemukan keseimbangan yang tepat
antara terlalu banyak dan terlalu sedikit safety stock adalah sangat penting.
Alasan
Pengelolaan Persediaan
1. Persediaan
merupakan investasi yang membutuhkan modal besar.
2. Mempengaruhi
pelayanan ke pelanggan.
3. Mempunyai
pengaruh pada fungsi operasi, pemasaran, dan fungsi keuangan
Jenis
Persediaan
1. Persediaan
barang jadi biasanya tergantung pada permintaan pasar (independent demand
inventory)
2. Persediaan
barang setengah jadi dan bahan mentah ditentukan oleh tuntutan proses produksi
dan bukan pada keinginan pasar (dependent demand inventory).
Kapasitas
VS Persediaan
Kapasitas:
merupakan kemampuan untuk menghasilkan produk
Persediaan:
semua persediaan material yang ditempatkan di sepanjang jaringan proses produksi
dan jalur distribusi.
Tujuan
Persediaan
1. Menghilangkan
pengaruh ketidakpastian (mis: safety stock)
2. Memberi
waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian
3. Untuk
mengantisipasi perubahan pada permintaan dan penawaran.
Hal-Hal
Yang di Pertimbangkan
1. Struktur
biaya persediaan.
a. Biaya per unit (item
cost)
b. Biaya penyiapan
pemesanan (ordering cost)
Ø Biaya
pembuatan perintah pembelian (purchasing order)
Ø Biaya
pengiriman pemesanan
Ø Biaya
transportasi
Ø Biaya
penerimaan (Receiving cost)
Ø Jika
diproduksi sendiri maka akan ada biaya penyiapan (set up cost): surat menyurat
dan biaya untuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan.
c. Biaya pengelolaan
persediaan (Carrying cost)
Ø Biaya
yang dinyatakan dan dihitung sebesar peluang yang hilang apabila nilai persediaan
digunakan untuk investasi (Cost of capital).
Ø Biaya
yang meliputi biaya gudang, asuransi, dan pajak (Cost of storage). Biaya
ini berubah sesuai dengan nilai persediaan.
d. Biaya resiko
kerusakan dan kehilangan (Cost of obsolescence, deterioration and loss).
e. Biaya akibat
kehabisan persediaan (Stockout cost)
2. Penentuan
berapa besar dan kapan pemesanan harus dilakukan.
Metode
Manajemen Persediaan
a) METODA
EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY)
b) METODA
SISTEM PEMERIKSAAN TERUS MENERUS (CONTINUOUS REVIEW SYSTEM)
c) METODA
SISTEM PEMERIKSAAN PERIODIK (PERIODIC REVIEW SYSTEM)
d) METODA
HYBRID
e) METODA
ABC
METODA
EOQ
Asumsi:
1.
Kecepatan permintaan tetap dan terus menerus.
1. Waktu
antara pemesanan sampai dengan pesanan dating (lead time) harus tetap.
2. Tidak
pernah ada kejadian persediaan habis atau stock out.
3. Material
dipesan dalam paket atau lot dan pesanan dating pada waktu yang bersamaan dan
tetap dalam bentuk paket.
4. Harga
per unit tetap dan tidak ada pengurangan harga walaupun pembelian dalam jumlah
volume yang besar.
5. Besar
carrying cost tergantung secara garis lurus dengan rata-rata jumlah
persediaan.
6. Besar
ordering cost atau set up cost tetap untuk setiap lot yang
dipesan dan tidak tergantung pada jumlah item pada setiap lot.
7. Item
adalah produk satu macam dan tidak ada hubungan dengan produk lain.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan sebelum menghitung EOQ:
D : Besar laju permintaan (demand
rate) dalam unit per tahun.
S : Biaya setiap kali
pemesanan (ordering cost) dalam rupiah per pesanan
C : Biaya per unit dalam
rupiah per unit
I : Biaya pengelolaan (carrying
cost) adalah persentase terhadap nilai persediaan per tahun.
Q : Ukuran paket pesanan (lot
size) dalam unit
TC : Biaya total persediaan dalam rupiah per
tahun. Biaya pemesanan per tahun (Ordering cost):
OC
= S (D/Q)
Biaya pengelolaan persediaan per tahun (Carrying
cost)
CC = ic (Q/2)
Reorder
Point
Merupakan
suatu analisa untuk menentukan kapan harus melakukan pemesanan kembali.
Mana
rumus itu berasal dari tidak penting, tapi melihat implikasi untuk safety
stock:
- Ø Apa yang terjadi jika lead time adalah konstan?
- Ø Apa yang terjadi jika tingkat permintaan konstan?
- Ø Apa yang terjadi jika keduanya konstan?
- Ø Jika Anda ingin mengurangi jumlah safety stock yang Anda pegang, apa yang merupakan
- pilihan terbaik anda ?
Menyusun ulang titik penambahan saham terjadi ketika
tingkat persediaan turun ke nol. Mengingat pengisian saham sesaat tingkat
persediaan melompat ke tingkat yang asli dari tingkat nol. Dalam situasi
kehidupan nyata kita tidak pernah bertemu dengan seorang nol lead time. Selalu
ada tenggang waktu dari tanggal menempatkan pesanan untuk bahan dan tanggal
bahan yang diterima. Akibatnya, titik pemesanan ulang selalu lebih tinggi dari
nol, dan jika perusahaan tempat urutan ketika persediaan mencapai titik
pemesanan ulang, barang baru akan tiba sebelum perusahaan kehabisan barang
untuk dijual. Keputusan tentang berapa banyak
memegang saham umumnya disebut sebagai titik perintah masalah, yaitu, bagaimana
seharusnya rendah akan habis persediaan sebelum mengatur kembali. Dua faktor
yang menentukan urutan yang sesuai titik adalah waktu pengiriman saham yang
merupakan Inventory dibutuhkan selama masa tenggang (yaitu, perbedaan antara
urutan tanggal dan tanda terima dari inventarisasi memerintahkan) dan safety
stock yang tingkat minimum persediaan yang diselenggarakan sebagai perlindungan
terhadap kekurangan karena fluktuasi permintaan.
Oleh
karena itu :
Reorder Point = Normal konsumsi selama lead-time +
Safety Stock. Beberapa faktor yang menentukan seberapa banyak waktu pengiriman
stock dan safety stock harus diadakan. Singkatnya, efisiensi dari suatu sistem
pengisian ulang pengiriman mempengaruhi seberapa banyak waktu yang diperlukan.
Karena waktu pengiriman stok persediaan yang diharapkan penggunaan antara
pemesanan dan penerimaan persediaan, efisien pengisian ulang persediaan akan
mengurangi kebutuhan waktu pengiriman stok. Dan penentuan tingkat persediaan
pengaman dasar melibatkan trade-off antara risiko sahamkeluar, sehingga
kemungkinan ketidakpuasan pelanggan dan kehilangan penjualan, dan meningkatnya
biaya yang berkaitan dengan membawa tambahan persediaan. Metode lain untuk
menghitung tingkat menyusun ulang melibatkan perhitungan tingkat penggunaan per
hari, lead time yang merupakan jumlah waktu antara penempatan pesanan dan
penerimaan barang dan tingkat saham keselamatan dinyatakan dalam beberapa hari 'penjualan.
Reorder level = tingkat penggunaan harian rata-rata x lead-time dalam hari.
Dari rumus di atas dapat dengan mudah menyimpulkan
bahwa perintah untuk pengisian bahan dilakukan bila tingkat persediaan hanya
cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi selama lead-time.
Contoh
Jika tingkat penggunaan harian rata-rata dari suatu
material adalah 50 unit dan memimpin-waktu tujuh hari, maka: Reorder level =
tingkat penggunaan harian rata-rata x Lead waktu dalam hari = 50 unit x 7 hari
= 350 unit Ketika tingkat persediaan mencapai 350 unit perintah harus
ditempatkan untuk materi. Pada saat tingkat persediaan mencapai nol pada akhir
hari ketujuh dari urutan menempatkan bahan akan mencapai dan tidak ada alasan untuk
khawatir. Re-order point = Rata-rata Lead Sisa * Rata-rata Permintaan + Z *
SQRT (rt Lead Sisa * Standar Deviasi dari Permintaan ^ 2 + Rata-rata.
Permintaan ^ 2 * Standar Deviasi dari Lead Sisa ^ 2)
Menyusun
ulang poin = S x L + J (S x R x L) Di mana
*
S = Penggunaan dalam satuan
*
L = Lead time dalam hari
*
R = Rata-rata jumlah unit per pesanan
*
J = Stok keluar faktor penerimaan
*
Saham-out faktor penerimaan, `F ', tergantung pada saham-out tingkat persentase
yang ditentukan dan distribusi probabilitas penggunaan (yang diasumsikan
mengikuti Poisson distribution).
Economic
Order Quantity
Merupakan satu formula atau model yang menentukan
berapa jumlah pemesanan yang paling ekonomis yang akan meminimalkan total biaya
persediaan. Tatanan ekonomi kuantitas
adalah tingkat persediaan yang meminimalkan total biaya persediaan memegang dan
biaya pemesanan. Ini adalah salah satu yang tertua penjadwalan produksi model
klasik. Kerangka kerja yang digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan ini juga
dikenal sebagai Wilson EOQ Model atau Wilson Formula. Model ini dikembangkan oleh
F. W. Harris pada tahun 1913. Tapi masih RH Wilson, seorang konsultan yang diterapkan
secara ekstensif, diberikan kredit awal untuk analisis mendalam dari model.
Asumsikan bahwa permintaan untuk suatu produk adalah
konstan selama setahun dan bahwa setiap pesanan baru disampaikan dalam
inventaris penuh saat mencapai nol. Ada biaya tetap dikenakan biaya untuk
setiap pesanan ditempatkan, terlepas dari jumlah unit yang dipesan. Ada juga
yang memegang atau biaya penyimpanan untuk setiap unit yang diadakan di
penyimpanan (kadang-kadang dinyatakan sebagai persentase dari biaya pembelian
barang). Kami ingin menentukan jumlah optimal unit untuk produk pesanan
sehingga kita meminimalkan total biaya yang terkait dengan pembelian,
pengiriman dan penyimpanan produk Parameter yang diperlukan untuk solusi adalah
total permintaan untuk tahun, biaya pembelian untuk setiap item, biaya tetap
untuk menempatkan pesanan dan biaya penyimpanan untuk setiap item per tahun.
Perhatikan bahwa jumlah kali pesanan ditempatkan juga akan mempengaruhi biaya
total Namun, jumlah ini dapat ditentukan dari parameter lainnya 1. Biaya urutan
konstan.
Ø Laju
permintaan adalah konstan
Ø The
lead time adalah tetap
Ø Harga
beli item tersebut adalah konstan yaitu tidak ada diskon tersedia
Ø Yang
pengisian dibuat seketika, seluruh batch dikirimkan sekaligus.
EOQ
adalah jumlah untuk memesan, sehingga biaya pemesanan + biaya membawa menemukan
minimum. (Kesalahpahaman yang umum adalah bahwa formula mencoba menemukan saat
ini adalah sama.)
Biaya-Biaya
yang Terkait dengan Inventori
Menurut
Dobler et al terdapat 2 (dua) macam biaya yang terkait dengan biaya inventori
[3],
yaitu
:
- Ø Biaya Pemeliharaan (Carrying Cost)
- Biasanya berkisar antara 23-35 persen dari total nilai inventori perusahaan pertahun,
- yang terdiri dari :
- Ø Biaya kesempatan dari dana yang diinvestasikan sebesar 12-20 %
- Ø Biaya asuransi sebesar 2 – 4 %
- Ø Pajak properti sebesar 1 – 3 %
- Ø Biaya penyimpanan sebesar 1 – 3 %`
Kadaluarsa sebesar 4 –
10 %
Total 20 – 40 %
Just
In Time
JIT merupakan pendekatan untuk meminimalkan total
biaya penyimpanan dan persiapan yang sangat berbeda dari pendekatan
tradisional. Pendekatan tradisional mengakui biaya penyiapan dan kemudian menentukan
kuantita pesanan yang merupakan saldo terbaik dari dua kategori biaya. Dilain
pihak, JIT tidak mengakui biaya persiapan, tetapi sebaliknya JIT mencoba
menekan biaya-biaya ini sampai nol. Jika biaya penyiapan tidak menjadi signifikan,
maka biaya tersisa yang akan diminimalkan adalah biaya penyimpanan, yang dilakukan
dengan mengurangi persediaan sampai ketingkat yang sangat rendah. Pendekatan inilah
yang mendorong untuk persediaan nol dalam sistem JIT.
TEKNIK PENAJADWALAN PROYEK
Untuk
menentukan waktu yang diperlukan dan mengembangkan suatu sistem, analis sistem
sering menggunakan suatu teknik kuantitatif yang disebut PERT (programming
Evaluation and Review technique). Pert dikembangkan sekitar tahun 1950 oleh
Navy Special Project Office bekerjasama dengan Booz, Allen dan hamilton yang
merupakn suatu konsultan manajemen.
Diagram
Jaringan
Bila akan menggunakan
PERT 2 buah informasi diperlukan untuk masing masing pekerjaan yaitu urutan
dari kegiatan masing-masing pekerjaan dan waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan masing-masing pekerjaan itu. Urutan pekerjaan ini digambarkan
dalam bentuk diagram jaringan (network diagram) atau disebut juga diagram panah
(arrow diagram) yang menggunakn simbol-simbol:
-
Panah (aarrow) yang digunakan untuk mewakili suatu
kegiatan (activity).
-
Simpul (node) yang digunakan untuk mewakili
suatu kejadian (event).
Gambar A.1 diagram Jaringan.
Pada
gambar terdapat 5 kegiatan yaitu A,B,C,D dan E serta 5 buah kejadian 1,2,3,4
dan 5. kejadian yang mengawali suatu kegiatan disebut kejadian ekor (tail
event) dan kejadian yang mengakhiri suatu kegiatan disebut kejadian kepala
(head event).
CONTOH:
Urutan-urutan
kegiatan dari kegiatan A sampai E adalah sebagai berikut:
- Ø kegiatan A dan B merupakan kegiatan pertama di proyek dan dapat dikerjakan secara serentak bersamaan. Kegaitan A mengawali kegiatan C dan kegiatan B mengawali kegiatan D. dengan kata lain kegiatan C belum dapat dikerjakan bial pekerjaan A belum dikerjakan dan kegiatan D belum dapat dikerjakan bila pekerjaan B belum selesai dikerjakan.
- Ø kegiatan C dan D mendahului kegiatan E atau dengan kata lain pekerjaan E belum dapat dikerjakan bila pekerajaan C dan D belum selesai dikerjakan.
- Ø kegiatan E merupakan kegiatan akhir dari proyek dan belum dapat dikerjakan biola pekerjaan C dan D belum selesai dikerjakan.
- Untuk menggambar diagram jaringan terdapat beberapa aturan-aturan yang harus diikuti :
- 1. setiap kegiatan hanya dapat diwakili oleh satu dan hnaya satu panah di jaringan. Tidak ada sebuah kegiatan yang diwakili dua kali dijaringan (tidak ada yang kembar).
- 2. tidak ada dua kegiatan yang ditunjukkan oleh ekor kejadian dan kepala kejadian yang sama. Situasi
gambar
A.2 diagram jaringan yang salah penggambaran pada contoh ini dalah salah karena
dua kegiatan A dan B ditunjukkan oleh dua ekor kejadian (kejadian nomor 1 dan
kepala kejadian no 2) yang sama. Untuk kasus ini, penggambaran yang benar
menggunakan kegiatan dummy (dummy activity)
gambar
A.3 kegiatan dummy
Kegiatan
dummy digambarkan dengan panah bergaris terpotong-potong. Akibat dengan
digunakannya kegiatan dummy C maka kegiatan A dan B dapat diidentifikasikan
dengan kepala kejadian yang berbeda.
untuk
meyakinkan hubungan urutan yang benar di diagram jaringan pertanyaan-pertanyaan
berikut aharus dijawab untuk tiap-tiap kegiatan yang akan ditambahkan di dalam
jaringan :
a. kegiatan
apa yang ahrus sudah diselesaikan terlebih dahulu sebelum kegiatan ini dapat
dilakukan?
b. kegiatan
apa yang harus mengikuti kegiatan ini?
c. kegiatan
apa yang ahrus dilakukan serentak dengan kegiatan ini?
Kegiatan – kegiatan ini dapat digambarkan dalam diagram
jaringan sebagai berikut :
Jalur Kritis
Aplikasi
dari teknik PERT ini adalah untuk menghitung waktu penyelesaian dari suatu
proyek. Waktu penyelesaian ini dapat dihitung dari masing-masing jalur(path)
dari kegiatan-kegiatan di jaringan. Suatu jalur (path) dapat didefinisikan
sebagai suatu urutan dari kegiatan yang berhubungan di dalam proyek. suatu
jalur kritis (critical path) adalah jalur yang menunjukkan kegiatan kritis dari
awal kegiatan sampai dengan akhir kegiatan di diagram jaringan. Jalur kritis
menunjukkan kegiatan-kegiatan kritis di dalam proyek. Suatu kegiatan disebut
dengan kegiatan kritis bila penundaan waktu dikegiatan ini akan mempengaruhi
waktu penyelasaian keseluruhan dari proyek. Sedang kegiatan disebut dengan
tidak kritis bila kegiatan ini mempunyai waktu yang dapat ditunda. Waktu yang
dapat ditunda dikegiatan tidak kritis disebut dengan slack atau float.
Jalur
kritis penting karena mempunyai 2 alasan:
1. waktu
penyelesaian proyek tidak dapat dikurangi kecuali bila satu atau lebih kegiatan
dijalur kritis dapat dipercepat penyelesaiannya. Dengan demikian bial waktu
penyelesaian proyek secara keseluruhan akan dipercepat, maka kegiatan-kegiatan
yang harus dipercepat adalah kegiatan-kegiatan dijalur kritis.
2. penundaan
kegiatan dijalur kritis akan menyebabkan penundaan waktu penyelesaian dari
proyek, sedang penundaan di jalur tidak kritis mungkin tidak akan menunda waktu
penyelesaian proyek sejauh penundaan ini tidak melebihi waktu dari slack untuk
masing-masing kegiatan tidak kritis.
Algoritma Untuk Jalur Kritis
Algoritma
untuk menentukan jalur kritis dilakukan dengan menghitung waktu mulai tercepat
(earliest start time) dan waktu selesai terlama (latest finish time) untuk masing-masing
kegiatan. Earlierst start time (ES) dan latest finish time (Lf) ini kemudian
dpat ditulis di simpul kejadian yang dibentuknya dan dikembangkan menjadi:
waktu
mulai tercepat (ES) untuk masing-masing kegiatan menunjukkan kapan suatu
kegiatan tercepat dapat mulai dilakukan. Waktu selesai terlama (LF) menunjukkan
kapan suatu kegiatan paling lama dapat diselesaikan.
Perhitunag
ES dan LS dapat dilakukan melalui 2 tahap, yaitu:
1. tahap
pertama disebut dengan forward pass yang digunakan untuk menghitung waktu mulai
tercepat (ES);
2. tahap
kedua disebut dengan backward pass yang digunakan untuk menghitung waktu
selesai terlama (LF);
3. forward
pass dimulai dengan menghitung simpul awal maju (forward) sampai dengan simpul
yang akhir.
Untuk
simpul (kejadian) 1:
karena
merupakan awal kejadian, maka waktu mulai tercepat (ES) untuk kegiatan A,B,C
adalah 0.
Untuk
simpul (kejadian) 2:
kegiatan D dapat
dimulai setelah kegiatan A selesai dilakukan sehingga waktu mulai tercepat (ES)
untuk simpul 2 adalah:
ES2 = ES1 + waktu kegiatan A
= 0 + 10 = 10
Untuk simpul (kejadian) 3:
kegiatan E dan F dapat dimulai setelah kegiatan B selesai dilakukan sehingga waktu mulai tercepat (ES) untuk simpul 3 adalah:
ES3 = ES1 + waktu kegiatan B
= 0 + 8 = 8
Untuk simpul (kejadian) 4:
kegiatan G dapat dimulai setelah kegiatan B dan C selesai dilakukan sehingga waktu mulai tercepat (ES) untuk simpul 4 adalah yang terbesar dari:
ES3 + waktu kegiatan D1 = 8 + 0 = 8
dengan ES1 + waktu kegiatan C = 0 + 12 = 12
jadi waktu mulai tercepat untuk simpul 4 adalah ES4 = 12
ES2 = ES1 + waktu kegiatan A
= 0 + 10 = 10
Untuk simpul (kejadian) 3:
kegiatan E dan F dapat dimulai setelah kegiatan B selesai dilakukan sehingga waktu mulai tercepat (ES) untuk simpul 3 adalah:
ES3 = ES1 + waktu kegiatan B
= 0 + 8 = 8
Untuk simpul (kejadian) 4:
kegiatan G dapat dimulai setelah kegiatan B dan C selesai dilakukan sehingga waktu mulai tercepat (ES) untuk simpul 4 adalah yang terbesar dari:
ES3 + waktu kegiatan D1 = 8 + 0 = 8
dengan ES1 + waktu kegiatan C = 0 + 12 = 12
jadi waktu mulai tercepat untuk simpul 4 adalah ES4 = 12
Untuk simpul (kejadian)
5:
kegiatan H dan J dapat dimulai setelah kegiatan D dan E selesai dilakukan sehingga waktu mulai tercepat (ES) untuk simpul 5 adalah yang terbesar dari:
ES2 + waktu kegiatan D = 10 + 22 = 32
dengan ES3 + waktu kegiatan E = 8 + 27 = 35
jadi waktu mulai tercepat untuk simpul 5 adalah ES5 = 35
Untuk simpul (kejadian) 6:
kegiatan I dapat dimulai setelah kegiatan F selesai dilakukan sehingga waktu mulai tercepat (ES) untuk simpul 6 adalah:
ES6 = ES3 + waktu kegiatan F
= 8 + 7 = 15
Untuk simpul (kejadian) 6:
kegiatan I dapat dimulai setelah kegiatan F selesai dilakukan sehingga waktu mulai tercepat (ES) untuk simpul 6 adalah:
ES6 = ES3 + waktu kegiatan F
= 8 + 7 = 15
Untuk simpul (kejadian) 7:
kegiatan J dapat dimulai setelah kegiatan D, E, dan G selesai dilakukan sehingga waktu mulai tercepat (ES) untuk simpul 7 adalah yang terbesar dari:
ES5 + waktu kegiatan D2 = 35 + 0 = 35
dengan ES4 + waktu kegiatan G = 12 15 =27
jadi waktu mulai tercepat untuk simpul 7 adalah ES7 = 35
kegiatan H dan J dapat dimulai setelah kegiatan D dan E selesai dilakukan sehingga waktu mulai tercepat (ES) untuk simpul 5 adalah yang terbesar dari:
ES2 + waktu kegiatan D = 10 + 22 = 32
dengan ES3 + waktu kegiatan E = 8 + 27 = 35
jadi waktu mulai tercepat untuk simpul 5 adalah ES5 = 35
Untuk simpul (kejadian) 6:
kegiatan I dapat dimulai setelah kegiatan F selesai dilakukan sehingga waktu mulai tercepat (ES) untuk simpul 6 adalah:
ES6 = ES3 + waktu kegiatan F
= 8 + 7 = 15
Untuk simpul (kejadian) 6:
kegiatan I dapat dimulai setelah kegiatan F selesai dilakukan sehingga waktu mulai tercepat (ES) untuk simpul 6 adalah:
ES6 = ES3 + waktu kegiatan F
= 8 + 7 = 15
Untuk simpul (kejadian) 7:
kegiatan J dapat dimulai setelah kegiatan D, E, dan G selesai dilakukan sehingga waktu mulai tercepat (ES) untuk simpul 7 adalah yang terbesar dari:
ES5 + waktu kegiatan D2 = 35 + 0 = 35
dengan ES4 + waktu kegiatan G = 12 15 =27
jadi waktu mulai tercepat untuk simpul 7 adalah ES7 = 35
Untuk
simpul (kejadian) 8:
simpul 8 adalah simpul yang terakhir dan besarnya ES8 adalah yang terbesar dari:
ES5 + waktu kegiatan H = 35 + 8 = 43
dengan ES5 + waktu kegiatan I = 15 + 20 = 35
dengan ES5 + waktu kegiatan J = 35 + 15 = 50
jadi waktu mulai tercepat untuk simpul 8 adalah ES8 = 50
backward pass dimulai dengan menghitung dari simpul terakhir mundur(backward) sampai simpul awal dan digunakan untuk menghitung waktu selesai terlama (LF).
simpul 8 adalah simpul yang terakhir dan besarnya ES8 adalah yang terbesar dari:
ES5 + waktu kegiatan H = 35 + 8 = 43
dengan ES5 + waktu kegiatan I = 15 + 20 = 35
dengan ES5 + waktu kegiatan J = 35 + 15 = 50
jadi waktu mulai tercepat untuk simpul 8 adalah ES8 = 50
backward pass dimulai dengan menghitung dari simpul terakhir mundur(backward) sampai simpul awal dan digunakan untuk menghitung waktu selesai terlama (LF).
Untuk simpul (kejadian) 8:
simpul
8 adalah simpul terakhir dan besarnya waktu selesai terlama untuk simpul ini
adalah sama dengan waktu mulai tercepatnya:
LF8 = ES8 =50
Untuk simpul (kejadian) 7:
LF7 = LF8 – waktu kegiatan J
= 50 – 15 = 35
Untuk simpul (kejadian) 6:
LF6 = LF8 – waktu kegiatan I
= 50 – 20 = 30
Untuk simpul (kejadian) 5:
LS5 merupakan yang paling minimum diantara:
LF8 – waktu kegiatan H = 50 – 8 = 42
denagn LS – waktu kegiatan D2 = 35 – 0 = 35
jadi waktu selesai terlama untuk simpul 5 adalah LF5 = 35
Untuk simpul (kejadian) 4:
LF4 = LF7 – waktu kegiatan G
= 35 – 15 = 20
Untuk simpul (kejadian)
3:
LS3 merupakan yang paling minimum diantara:
LF5 – waktu kegiatan E = 35 – 27 = 8
dengan LS6 – waktu kegiatan F = 30 – 7 = 23
dengan LS4 – waktu kegiatan D1 = 20 – 0 = 20
jadi waktu selesai terlama untuk simpul 3 adalah LF3 = 8
Untuk simpul (kejadian) 2:
LF2 = LF5 – waktu kegiatan D
= 35 – 22 = 13
Untuk simpul (kejadian) 1:
LF1 = Es1 = 0
LS3 merupakan yang paling minimum diantara:
LF5 – waktu kegiatan E = 35 – 27 = 8
dengan LS6 – waktu kegiatan F = 30 – 7 = 23
dengan LS4 – waktu kegiatan D1 = 20 – 0 = 20
jadi waktu selesai terlama untuk simpul 3 adalah LF3 = 8
Untuk simpul (kejadian) 2:
LF2 = LF5 – waktu kegiatan D
= 35 – 22 = 13
Untuk simpul (kejadian) 1:
LF1 = Es1 = 0
jalur
kritis selanjutnya dapat ditentukan dari kejadian-kejadian yang mwmpunyai waktu
mulai tercepat (ES) yang sama dengan waktu selesai terlama (LF) yaitu pada
kegiatan B, E dan J
Slack
slack
atau float menunjukkan waktu suatu kegiatan yang dapat ditunda tanpa
mempegaruhi total waktu penyelesaian dari seluruh proyek. Untuk menghitung
besarnya slack masih diperlukan dua buah waktu lainnya yang berhubungan dengan
masing-masing kegiatan yaitu waktu mulai terlama (latest start time) dan waktu
selesai tercepat (erliest finish time). Waktu mulai terlama (Ls) adalah kapan
paling lama suatu kegiatan dapat dimulai dan waktu selesai tercepat (EF)
menunjukkan kapan suatu kegiatan paling cepat dapat diselesaikan. LS = LF –
waktu kegiatannya dan EF = ES + waktu kegiatannya. Setelah ES, EF, LS dan LF
dihitung maka slack / float untuk masing-masing kegiatan dapat dihitung sebesar
LS – ES atau LF – EF.
Besar
nya ES, EF, LS, LF dan slack untuk masing-masing kegiatan proyek sebelumnya.
Kegiatan
(1)
|
Waktu
(2)
|
ES
(3)
|
LS
(4)
= (6) -(2)
|
EF
(5)=(3)+(2)
|
LF
(6)
|
Slack
(7)=(4)-(3)
|
A
|
10
|
0
|
13-10=3
|
0+10=10
|
13
|
3-0=3
|
B
|
8
|
0
|
8-8=0
|
0+8=8
|
8
|
0-0=0
|
C
|
12
|
0
|
20-12=8
|
0+12=12
|
20
|
8-0=8
|
D
|
22
|
10
|
35-22=12
|
10+22=32
|
35
|
13-10=3
|
E
|
27
|
8
|
35-27=8
|
8+27=35
|
35
|
8-8=0
|
F
|
7
|
8
|
30-7=23
|
8+7=15
|
30
|
23-8=15
|
G
|
15
|
12
|
35-15=20
|
12+15=27
|
35
|
20-12=8
|
H
|
8
|
35
|
50-8=42
|
35+8=43
|
50
|
42-35=7
|
I
|
20
|
15
|
50-20=30
|
15+20=35
|
50
|
30-15=15
|
J
|
15
|
35
|
50-15=35
|
35+15=50
|
50
|
35-35=0
|
Jalur
kritis juga dapat ditentukan dari besarnya slack yaitu untuk kegiatan-kegiatan
yang mempunyai nilai slack 0. maka jalur kritis mempunyai kegiatan-kegiatan
yang tidak dapat ditunda karena tidak mempunyai slack.
Waktu Kegiatan Tidak Pasti
Waktu Kegiatan Tidak Pasti
waktu
masing-masing kegiatan mengandung unsur-unsur ketidakpastian. Untuk
mengestimasi waktu yang diharapkan yang mengandung unsur probabbilitas ini
dapat digunakan untuk teknik yang disebut dengan multiple-estimate approach.
Pendekatan menggunakan 3 waktu yang dipakai masing-masing kegiatan yaitu:
a = waktu optimis (most optimist time) yaitu waktu paling cepat dilakukan.
b = waktu pesimis (most pessimistic time) yaitu waktu paling lama dilakukan.
m = waktu tengah-tengah (most likely time) yaitu waktu tengah-tengah yang dilakukan.
a = waktu optimis (most optimist time) yaitu waktu paling cepat dilakukan.
b = waktu pesimis (most pessimistic time) yaitu waktu paling lama dilakukan.
m = waktu tengah-tengah (most likely time) yaitu waktu tengah-tengah yang dilakukan.
Selanjutnya
waktu yang diharapkan (expected time) untuk menyelesaikan masing-masing
kegiatan dapat dihitung sebesar
karena
digunakan waktu optimis dan waktu pesimis maka untuk masing-masing kegiatan
mempunyai penyimpangan standar (standar (deviation) terhadap kedua waktu ini
dan dapat dihitung sebesar:
Contoh soal :
diagram
jaringan untuk suatu proyek tampak sebagai berikut :
Kegiatan
|
ai
|
bi
|
mi
|
ti=(ai+4mi+bi)/6
|
δi=(bi-ai)/6
|
A
|
12
|
18
|
15
|
(12+4x15+18)/6=15
|
(18-12)/6=1
|
B
|
5
|
13
|
6
|
(5+4x6+13)/6=7
|
(13-5)/6=1,333
|
C
|
8
|
16
|
9
|
(8+4x9+16)/6=10
|
(16-8)/6=1,333
|
D
|
3
|
3
|
3
|
(3+4x3+3)/6=3
|
(3-3)/6=0
|
E
|
2
|
10
|
3
|
(2+4x3+10)/6=4
|
(10-2)/6=1,333
|
F
|
1
|
11
|
3
|
(1+4x3+11)/6=4
|
(11-1)/6=1,667
|
perhitungan penyimpangan standar ini akan digunakan untuk
menghitung probabilitas selesainya proyek sesuai dengan waktu yang diharapkan.
Waktu penyelesaian proyek tergantung dari waktu jalur kritisnya. Oleh sebab
itu, penyimpangan standar dari jalur kritis perlu dihitung. Untuk contoh ini,
jalur kritis adalah pada kegiatan A dan C. Besarnya penyimpangan standar jalur
kritis untuk kegiatan A dan C adalah sebesar :
MEMPERSINGKAT WAKTU PROYEK
Terminologi Dan Rumus Perhitungan
Untuk
dapat menganalisis bagaimana mempersingkat waktu proyek, perlu diketahui
bagaimana hubungan antara waktu dan biaya suatu kegiatan. Beberapa definisi
yang dapat dipakai sebagai berikut.
a.
Kurun
waktu normal
Adalah
kurun waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan sampai selesai dengan cara
efisiensi tetapi diluar pertimbangan adanya kerja lembur dan usaha-usaha khusus
lainnya, seperti menyewa peralatan canggih.
b.
Biaya
normal
Adalah
biaya langsung yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan dengan kurun waktu
normal.
c.
Kurun
waktu dipersingkat (crash time)
Adalah
waktu tersingkat untuk menyelesaikan suatu kegiatan yang secara teknis masih
mungkin. Disini dianggap sumber daya bukan merupakan hambatan.
d.
Biaya
untuk waktu dipersingkat (crash cost)
Adalah
jumlah biaya langsung untuk menyelesaikan pekerjaan dengan kurun waktu
tersingkat.
Seandainya
diketahui bentuk kurva waktu-biaya suatu kegiatan, artinya dengan mengetahui
beberapa slope atau sudut kemiringannya, maka bisa dihitung berapa besar biaya
untuk mempersingkat waktu satu hari dengan rumus :
2. TPD dan TDT PROYEK
Karena
proyek adalah kumpulan dari sejumlah kegiatan, untuk maksud tersebur maka
dimulai dengan menetukan titik awal, yaitu titik yang menunjukkan waktu dan
biaya normal proyek.
Pada
setiap langkah, tambahan biaya untuk memperpendek waktu terlihat pada slope
biaya kegiatan yang dipercepat. Dengan menambahkan biaya tersebut, maka pada
tiap langkah akan dihasilkan jumlah biaya proyek yang baru sesuai dengan kurun
waktunya. Titik proyek dipersingkat (TPD) atau project crash point merupakan
batas-batas maksimum waktu proyek dapat dipersingkat. Pada TPD ini mungkin
masih terdapat beberapa kegiatan komponen proyek yang belum dipersingkat
waktunya, dan bila ingin dipersingkat juga (berarti mempersingkat waktu semua
kegiatan proyek yang secara teknis dapat dipersingkat), maka akan menaikkan
total biaya proyek tanpa adanya
pengurangan waktu. Titik tersebut dinamakan titik dipersingkat total (TDT) atau
crash point.
3. PROSEDUR MEMPERSINGKAT WAKTU
PROYEK
Dari
uraian diatas, maka garis besar prosedur mempersingkat waktu adalah sebagai
berikut :
1. Menghitung
waktu penyelesaian proyek dan identifikasi float dengan CPM/ PERT/ PDM.
2. Menentukan
biaya normal masing-masing kegiatan.
3. Menentukan
biaya dipercepat masing-masing kegiatan.
4. Mentukan
slope biaya masing-masing komponen kegiatan.
5. Mempersingkat
kurun waktu kegiatan, dimulai kegiatan kritis yang mempunyai slope biaya
terendah.
6. Setiap
kali selesai mempercepat kegiatan, teliti kemungkinan adanya float yang mungkin
dapat dipakai untuk mengulur waktu kegiatan yang bersangkutan untuk memperkecil
biaya.
7. Bila
dalam proses mempercepat waktu proyek terbentuk jalur kritis baru, maka
percepat kegiatan-kegiatan kritis yang mempunyai kombinasi slope biaya
terendah.
8. Meneruskan
mempersingkat waktu kegiatan sampai titik TPD.
9. Buat
tebulasi biaya versus waktu, gambarkan dalam grafik dan hubungkan titik normal
(biaya dan waktu normal), titik-titik yang terbentuk setiap kali mempersingkat
kegiatan sampai dengan titik-titik TPD.
10. Hitung
biaya tidak langsung proyek, dan gambarkan pada kertas grafik.
11. Jumlahkan
biaya langsung dan tak langsung untuk mencari biaya total sebelum kurun waktu
diinginkan.
12. Periksa
pada grafik biaya total untuk mencapai waktu optimal, yaitu kurun waktu
penyelesaian proyek dengan biaya terendah.